Jumat, 29 Mei 2009

PELAJARAN KE 8 TENTANG SEBUAH PENYESALAN


Semuanya disadari Ferry pada saat dia termenung seorang diri menatap keluar jendela rumahnya. Dengan susah payah ia mencoba memikirkan mengenai pekerjaan yang menumpuk, namun semuanya sia-sia belaka. Yang ada dipikirannya hanyalah perkataan kiky, Anaknya, disuatu sore 3 minggu yang lalu

Malam itu, 3 minggu yang lalu, Ferry membawa pekerjaannya pulang, ada rapat umum yang sangat penting besok pagi dengan para pemegang sabam.

Pada saat Ferry memeriksa pekerjaannya, Kiky, putrinya, yang baru berusia 2 tahun datang menghampiri, sambil membawa buku ceritanya yang masih baru. Buku baru bersampul hijau bergambar peri. Dia berkata dengan suara manjanya ”Papa-papa, lihat!”

Ferry menengok dan melihat ”Wah buku baru yah?”

”Ya Papa” katanya sambil berseri-seri, ”Bacain dong”.

”Wah ayah sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh”, kata Ferry, yang kembali mengalihkan perhatiannya ketumpukan kertasnya.

Kiky hanya berdiri terpaku disamping Ferry sambil memperhatikan. Lalu dengan suara lembut dan dibuat-buat, ia kembali merayu

”tapi mama bilang, papa akan membacakannya untuk Kiky.”

Dengan perasaan agak kesal, Ferry menjawab ”Kiky, dengar! Papa sangat sibuk, minta saja mama untuk membacakannya!”

”tapi mama lebih sibuk daripada papa” katanya sendu

”lihat papa gambarnya bagus dan lucu”

”lain kali Kiky, sana! Papa Sedang sibuk”, Ferry berusaha untuk tidak memperhatikan Kiky lagi.

Waktu berlalu, Kiky masih berdiri kaku disebelah ayahnya sambil memegang erat bukunya, lama sekali Ferry mengacuhkan anaknya. Tiba-tiba Kiky mulai lagi

”tapi papa, gambarnya bagus sekali dan pasti ceritanya juga bagus, papa pasti akan suka”

”Kiky sekali lagi ayah bilang, alin kali!” dengan agak keras Ferry membentak anaknya

Hampir menangis, Kiky mulai menjauh ” ia deh, lain kali, Ya papa lain kali!”

Tapi Kiky kemudian mendekati ayahnya sambil menyentuh dengan lembut ayahnya dan menaruh bukunya dipangkuan ayahnya sambil berkata

”kapan saja papa ada waktu ya,...Papa tidak usah baca untuk Kiky, baca aja untuk papa tapi kalo bisa, bacanya yang keras yah, biar Kiky juga bisa mendengarnya”

Ferry hanya diam.

Kejadian 3 minggu yang lalu itulah yang ada dipikiran Ferry. ia teringat akan Kiky dengan penuh pengertian mengalah. Kiky yang baru berusia 2 tahun meletakkan tangannya yang mungil diatas tangannya yang kasar dan mengatakan :

”tapi kalo bisa, bacanya yang keras ya pa, supaya Kiky juga bisa ikut dengar.”

Dan karena itulah Ferry mulai membuka buku cerita yang diambilnya dari tumpukan mainan Kiky dipojok ruangan. Bukunya sudah tidak terlalu baru. Sampulnya sudah mulai usang dan koyak.

Ferry mulai membuka halaman pertama, dan dengan suara parau mulai membacanya. Ferry sudah melupakan pekerjaannya, yang dulunya amat sangat penting. Dia bahkan lupa akan kemarahan dan kebenciannya terhadap pemuda mabuk yang dengan kencang menghantam tubuh anak gadisnya dijalan depan rumahnya. Ferry terus membaca halaman demi halaman sekeras mungkin.

Cukup keras bagi Kiky untuk dapat mendengar dari tempat peristirahatannya yang terakhir.

Saya tidak tahu perasaan anda setelah membaca cerita tersebut,tapi saya sangat tersentuh dan menangis...Karena itu saya berharap bisa menjadi ayah yang baik (kelak) dan bisa punya waktu yang cukup untuk keluarga...!!Mungkin saat ini kita belum membutuhkan bisnis apapun. Tapi alangkah bijaksananya, jika bisnis itu dibangun sebelum kita betul - betul membutuhkannya.Mungkin saja ada sesuatu yang terjadi terhadap diri kita, keluarga kita, dimana kita membutuhkan uang. Mungkin salah satu orang yang kita sayangi sakit, dimana kita dengan penghasilan saat ini, tidak mampu untuk memberikan pengobatan yang memadai Siapa yang tahu......???

Apa yang nampak sebagai kemurahan hati, sering sebenarnya tiada lain daripada ambisi yang terselubung,yang mengabaikan kepentingan – kepentingan kecil untuk mengejar kepentingan – kepentingan yang lebih besar

JADI, CUKUP DENGAN SEBUAH HASRAT

BERARTI KITA TELAH MEMULAINYA SECARA BIJAK


Tidak ada komentar:

Posting Komentar